Mengukir Cerita: Catatan Harian dari Gerakan Aksi Kamisan
Gerakan Aksi Kamisan bukan sekadar demonstrasi biasa. Setiap hari Kamis sore, di depan Istana Merdeka, Jakarta, sekelompok https://www.aksikamisan.net/ orang berpakaian serba hitam dan berpayung hitam berkumpul. Mereka bukan hanya menuntut keadilan, tetapi juga menuliskan cerita, mengukir sejarah, dan menjaga ingatan akan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia.
Catatan Harian dari Gerakan Hati
Aksi Kamisan dimulai pada 18 Januari 2007. Diinisiasi oleh para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berat seperti kasus Semanggi, Trisakti, dan penculikan aktivis 1998. Mereka menuntut negara untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut dan mengadili para pelakunya. Payung hitam yang mereka gunakan melambangkan duka dan perlawanan, sedangkan pakaian hitam melambangkan kesedihan yang tak berkesudahan.
Setiap Kamis, di bawah terik matahari atau guyuran hujan, mereka berdiri dalam diam. Aksi ini menunjukkan keteguhan hati para korban yang tidak kenal lelah dalam memperjuangkan keadilan. Mereka tidak berteriak, tidak berorasi, tetapi kehadiran mereka yang konsisten dan hening justru berbicara lebih lantang dari ribuan kata. Mereka adalah saksi hidup dari sejarah kelam bangsa ini, dan kehadiran mereka adalah pengingat bahwa keadilan masih menjadi utang negara.
Lebih dari Sekadar Aksi Fisik
Aksi Kamisan juga menjadi ruang aman bagi para korban. Di sini, mereka bisa berbagi cerita, saling menguatkan, dan merasakan bahwa mereka tidak sendirian. Gerakan ini telah melahirkan solidaritas yang kuat di antara berbagai kelompok korban dan aktivis HAM. Bahkan, banyak anak muda yang kini ikut bergabung, menunjukkan bahwa isu HAM tidak hanya relevan bagi generasi tua, tetapi juga menjadi perhatian generasi penerus.
Mengukir Cerita Baru
Selama belasan tahun, Aksi Kamisan telah menjadi simbol perlawanan damai dan harapan. Mereka tidak hanya menuntut penyelesaian kasus lama, tetapi juga menyuarakan isu-isu HAM kontemporer. Mulai dari kasus-kasus agraria, kriminalisasi aktivis, hingga kekerasan aparat, Aksi Kamisan selalu hadir untuk menjadi corong suara bagi mereka yang tertindas. Setiap payung hitam yang terbuka di depan Istana adalah halaman baru dari buku sejarah yang mereka tulis.
Gerakan ini mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk keadilan adalah maraton, bukan sprint. Meski jalannya panjang dan berliku, keyakinan untuk terus maju harus tetap menyala. Kisah-kisah yang terukir dari Aksi Kamisan adalah bukti nyata bahwa kekuatan ada pada ketekunan dan kesatuan. Ini adalah cerita tentang harapan, perlawanan, dan janji untuk tidak pernah melupakan. Ini adalah catatan harian dari hati-hati yang terus berjuang.

